twitter
rss


Bila Manusia jatuh cinta. Apakah benar akan membuatnya lupa akan diri sendiri? Mngkin saja, tapi hakikatnya saat manusia jatuh cinta, semakin ia ingat dengan cintanya, semakin kuat ingatannya pada dirinya sendiri.

Suatu ketika Hasan dan Husein melihat ibunya, Fatimah (Semoga Allah senantiasa merahmati) sedang berdoa. Lalu mereka mendengarkan doa yang dipanjatkan oleh ibunya. Fatimah menyebut banyak nama dalam doanya termasuk juga untuk saudara seimannya di banyak tempat, didoakannya semua dengan doa- doa yang penuh kebaikan. Namun Hasan dan Husein heran. Mengapa sang ibu tidak menyebut dirinya sendiri. Ya, Fatimah mendoakan banyak orang namun tidak menyebut dirinya sendiri. Dan it terjadi terus saat Fatimah berdoa.

Masih adakah orang- orang seperti itu? Percayalah masih banyak.

Saya sering kali merasa malu saat bertemu orang- orang seperti Fatimah. Yang sering kali memanjatkan doa, dengan khusyu’ dan menangis bahkan. Semua doanya berisi kebaikan. Namun ternyata orang tersebut tak menyebut namanya sendiri. Lupakah dirinya? Atau bodohkah?

Saya yakin tidak, tapi saya yakin itu semua karena pemahaman yang amat sangat tentang arti cinta.

Ingatkah kejadian sahabat yang ditegur oleh Raslullah karena ditanya sebesar apa cintanya terhadap diri Rasul. Sahabat itu menjawab kalau dia mencintai Rasl sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, yang kemudian ditegur oleh Rasul itu bukanlah cinta. Tapi cinta Rasul adalah saat Rasul lebih dicintai daripada dirinya sendiri, itulah koreksinya. Yang kemudian sahabat itu mengatakan hal tersebut.

Sahabat, pecinta sejati lebih cinta pada cintanya daripada dirinya sendiri. Dia lebih ingat cintanya daripada dirinya sendiri. Maka saat saya melihat ada orang yang dengan tulus pada saya mendoakan diri saya dengan banyak hal yang baik, namun dia sendiri tidak atau hanya sedikit berdoa ntuk dirinya sendiri, percayalah cintanya lebih besar dari apa yang pernah saya kira.

Mengendaplah mendengar tangisan doa seorang ibu di tengah malam, maka anda akan tahu betapa benar- benar nyata cintanya.

Mengendaplah mendengar lantunan doa dari seorang ayah di tengah lelahnya bekerja. Maka anda akan temi, betapa luas lautan cintanya.

Bkalah lembaran sejarah umat ini. Saat seorang pribadi agung menyebut “umatku, umatku, umatk” di akhir hayatnya, maka anda akan yakini betapa besar dan kokoh cintanya pada umatnya.

(Tony Raharjo)

0 komentar:

Posting Komentar