twitter
rss

Setelah mendaki, lelaki itu masuk terlebih dahulu , menyibak ruang cekung diantara batu. Rikat matanya memeriksa tiap sudut, dan, ah ya. Setidaknya ada empat lubang, sarang makhluk berbisa di gua itu. “Tunggulah sejenak, ya Rasulullah,” ujarnya. Dipinggirkannya semua kerikil dan batu. Disapunya lantai dengan surban hingga pasirnya rata dan lembut.

Lalu dia pun duduk. Ditepatkannya selonjoran kaki dan tapak- tapaknya pada lubang- lubang yang diperkirakan dihuni binatang berbisa. Anggota tubuhnya dikerahkan untuk menutup bahaya sengatan dari liang- liang itu. Lalu Rasulullah pun masuk, merebahkan diri untuk beristirahat di pangkuan lelaki itu.

Lelaki itu, Abu Bakar Ash- Shidiq yang kurus badannya, mendampingi Muhammad SAW dalam hijrahnya. Kali ini, mereka sedang berada di gua tsur untuk menghindarkan diri dari kejaran Quraisy yang murka berat atas lolosnya Muhammad. Dan inilah mereka disini, menghindar dari jalur perjalanan beberapa jenak untuk mengecoh para pemburu nyawa sang Nabi.

Belum beberapa lama mereka disitu, Abu Bakar telah mulai merasa sengatan- sengatan binatang berbisa mencekatnya. Rasa ngilu, pedih dan nyeri yang tak tertahankan menjalar seakan hendak merusakkan syaraf dan melumpuhkan badannya. Tapi dia tetap diam dan menggigit bibir. Ditahannya rasa sakit itu demi agar Sang Nabi tak terganggu istirahatnya. Beliau Sallallaahu ‘alaihi wa Sallam pulas sekali.
Beberapa lelaki Quraisy tampaknya mengetahui persembunyian mereka dan memeriksa pintu gua. Abu Bakar mulai gelisah dan disergap cemas. Tepat pada saat itu, sebulir air mata tak mampu lagi ditahannya hingga jatuh menitik berketipak dipipi sang Nabi. Beliau bangun.

“Jangan sedih, hai Abu Bakar,” ujar beliau menatap sahabatnya dengan teduh, “Allah bersama kita.”
“Orang- orang itu, ya Rasulullah,” ucap Abu Bakar seakan lupa pada sakitnya, “Andai mereka melihat ke arah kaki mereka sendiri, pastilah mereka akan mengetahui keberadaan kita.”
“Bagaimana pendapatmu, hai Abu Bakar,” lanjut Rasulullah sambil tersenyum, “Jika ada dua orang dan yang ketiganya adalah Allah?”
Kalimat Rasulullah dan senyum beliau, ketenangan dan keteduhan wajahnya tiba- tiba membuat Abu Bakar serasa diguyur embun sejuk ketentraman. Segala rasa sakit akibat sengatan binatang- binatang jahat itu tak lagi terasa. Dunia serasa dipenuhi cahaya yang berpendar- pendar, hangat dan penuh cinta. Sebab, mereka berdua telah menyatu dengan Allah sebagai saksinya, sebagai yang ketiganya, dalam dekapan ukhuwah.

==========^^=========

I just wanna say... congratulation buat terpilihnya ADAM sebagai Pejabat di HMJ PPB 2011,, cikiciiww.. moga cerita tentang idola kita diatas, Nabi Muhammad n Abu Bakar, yang terilhami dari bukunya kang Salim A Fillah ini, memberi inspirasi buatmu ber2 tuk menjadi sahabat lengket dalam perjuangan ke depan. Ehmm...

ADAM is number one... yooooohhhaaaaaaaa^0^

0 komentar:

Posting Komentar