twitter
rss


Mendefinisikan cinta memang bukan perkara mudah. Mungkin, makna cinta hanya dapat dipahami oleh mereka yang merasakannya. Seperti yang diungkapkan Sayyid Quthub ketika menggambarkan nikmatnya hidup di bawah naungan Al Quran," Laa ya'rifuha illa man dzaqaha"(Tak kan mengerti mereka, kecuali yang merasakannya). Berbicara mengenai cinta, tentu saja saya tidak memiliki pengalaman sehebat mereka yang telah menikah,misalnya. Tapi karena sebaran cinta begitu luas makaberbagi wawasan (jika bukan pengalaman) tentu bermanfaat pula.

Beberapa pakar psikologi humanistik menggambarkan bahwa ada perbedaan mendasar antara cinta dengan fenomena jatuh cinta. Fenomena jatuh cinta adalahf enomena khas yang menyertai ketika kita tertarik kepada 'seseorang'. Jatuh cinta bersifat sporadis, semerta-merta, tiba-tiba, seperti kata itu sendiri ia jatuh begitu saja. Jatuh cinta tidak bisa dibuat-buat, ia bisa menimpa setiap orang dan bisa dirasakan setiap orang. Jatuh cinta ditandai perasaan yang meluap-luap terhadap 'seseorang', rasa ingin bersama selalu, rasa ingin melihat terus dsb. Usia jatuhnya tidak selalu lama. Hanya sesaat. Tentu saja tidak hanya satu jam tapi mungkin bertahan berhari-hari. Tetapi ia adaakhir yang jelas.

Banyak orang yang telah beristri,tiba-tiba mengalami perubahan yang sungguh aneh,"tiba-tiba saja ia jadi membenci anaknya, bahkan menyiksa putra kecilnya itu, tiba-tiba saja ia begitu sinis kepada istrinya bahkan marah sedemikian besar tanpa alasan yang dijelaskan." Mengapa ?, ternyata ia tengah jatuh cinta kepada seseorang. Dalam dirinya tidak ada ruang bagi orang lain, kecuali untuk dia dan'seseorang' yang jatuh ke dalam hatinya. Dengan demikian hati dan sikap sedemikian teguh, mengeras, dan membaja, " tidak ada kata lain aku harus selalu bersamanya, memilikinya!".

Jatuh cinta bisa menimpa siapa saja, dalam usia berapa saja (tentu setelah baligh), dalam status apa saja.

Lalu bagaimana dengan cinta ? Cinta adalah kerja kesadaran. Ia adalah pilihan. Ia adalah kata kerja, bukan kata benda. Cinta berarti ada satu objek yang telah ia pilih dan ia dengan sadar, pilihan bebasnya, mencintai objek itu. Cinta dengan demikian adalah seni mencintai. Cinta tidak pernah jatuh, ia diusahakan.

Jatuh cinta selalu ingin memiliki, cinta memberi ruang untuk menjadi. Jatuh cinta mudah pudar, cinta selalu membara karena ia dapat diperbarui. Jatuh cinta menjadikan 'seseorang' ibarat boneka yang harus berputar di tangan kita; cinta melihat seseorang dalam cahaya kemanusiaannya. Jatuh cinta membendakan seseorang, cinta memanusiakan seseorang. Cinta adalah juga seni memperhatikan.Seni memperhatikan seseorangu ntuk berkembang menjadi diri otentiknya. Cinta tidak memanipulasi seseorang.
Begitulah cinta dalam orientasi manusiawinya.

Dalam timbangan islam, cinta adalah bagian dari ibadah. Ibadah sendiri merupakan puncak dan kesempurnaan ketundukan dan puncak/kesempurnaan cinta.Ibadah adalah totalitas ketundukan dan kecintaan.Cinta tentu saja terdistribusi dalam kehidupan kita,puncaknya adalah pada Sang Maha Esa, sebarannya adadalam relasi manusiawi dan relasi fisik kita.(lihat AtTaubah 9:24). Tapi sungguh cinta itu tidak ditunggu hingga ia jatuh ke dalam diri kita, ia harus diusahakan dengan penuh kesadaran. Wallahu a'lam.

From: fai _rez
Date: Sun Mar 27, 2005 8:56 am
Subject: Cinta.....

0 komentar:

Posting Komentar